Bahagia itu seperti apa?
Bahagia kalau punya uang banyak? Bahagia
jika bersamamu? Bahagia jika bersamanya? Bisakah bahagia dibeli dengan uang? Uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi
uang bisa membuat bahagia #MutiyaaSays.
Bahagia itu jika bersamamu, bahagia
itu jika bersamaku, bahagia itu jika bersamanya. Ah iya sekarang bilang begitu,
ketika masih dalam puncak kesenangan, besuk? Ah basi.....
Ini berawal tentang percakapan
kita.... Tentang hidup, cara dan sarana untuk hidup, masalah hidup, tujuan
hidup, pertanggungjawaban hidup, keputusan hidup bla...bla...bla....
Ah hidup dan hidup, kenapa tentang hidup yang
selalu dibahas, kenapa bukan tentang mati? Bukankah tentang mati dan setelahnya
itu yang menjadi tujuan akhir? Pertanggungjawaban tentang semuanya nanti dihadapan-Nya.
Ah manusia....
Manusia dengan sifat tergesa – gesa,
ingin ini itu, tidak punya rasa puas, dan pada akhirnya menyesali sebuah
keputusan yang telah dibuat karena dulu hanya ada rasa “senang”.
Tentang
target hidup, sama – sama punya hak dengan target hidup masing – masing. Tuhan, iya Tuhan yang memutuskan. Tentang jodoh,
rizki dan mati. Jika memang iya maka jalan pasti akan terbetang, jika tidak
maka Tuhan akan memberikan yang terbaik, dan memisahkan dengan cara yang indah.
Tapi apakah iya kalimat “Get it flow”
terus saja digunakan, mana tentang Siapa Jodohku? Tentang kebahagiaan yang harus
dijemput, bukan ditunggu.
Sebuah pesan dari mantanku, “Semakin
kamu mengharuskan dia jodohmu, maka semua akan semakin ditunjukkan”. Iya, semua sudah berusaha dan Tuhan punya
rencana.
Lalu kamu bilang “Meskipun kamu
bukan jodohku, aku akan merasa bahagia dan bangga melihat keberhasilan dan
kebahagiaan orang yang pernah hadir untuk menyemangatiku dalam hidup”.
Aku juga membahas masalah balas budi
itu dan jika memang tak sejalan, aku akan mengembalikan pada tempatnya tapi aku
mendapat penolakan, “Itu sebagai rasa terimakasih atas semangat dan dukungan
yang pernah kamu berikan”. Dan aku pasti
tetap akan tidak bisa memiliki apa yang bukan milikku. Sampai pada sebuah
keputusan, life must go on, get it flow dan semua balas budi itu akan
disampaikan pada orang – orang yang butuh.
Pagi ini, tanpa emosi, pola pikir
dewasa dan sepakat. Bangga punya kamu, dan tetap akan bangga jika seandainya
kemungkinan itu terjadi. Setidaknya aku pernah punya hati yang begitu baik dan sabar
yang luar biasa.
Dan ada doa lain “Semoga kelak
engkau bahagia bersamanya, bahagiamu bahagiaku”. Ah, apa iya? Tetap saja, pada
akhirnya tidak bahagiaku tidak akan menjadi tidak bahagiamu. Karena kamu masih
punya kebahagiaan yang lain.
Ketika kamu bilang tidak sekalipun, keadaan
akan menjawab iya. Waktu pun akan menjawab iya.
Kamu mengibaratkan kebahagiaanmu
yang lain diibaratkan dengan beruang tapi berpenyakit. Beruang tapi berpenyakit
itu apakah sama dengan kebahagiaanmu yang lain tanpa kebahagiaanku? Beda cerita.
Jika beruang tapi berpenyakit itu
kebahagiaan semu, lalu kebahagiaanmu yang lain tanpa kebahagiaanku itu sama halnya dengan beruang tapi berpenyakit. Berarti kebahagiaanmu yang lain itu kebahagiaan semu? Atau ini salah mengartikan, ah aku tidak tau.
Jika apa yang aku terima ini benar, maka orang akan tertawa dengan kalimat
- kalimat itu. Bagamana bisa bilang begitu, ketika kamu dulu pernah merasa bahagia. Aku sangat
yakin kamu pernah merasa betul – betul bahagia hingga kamu berkata “Aku bahagia,
ini bahagiaku yang sesungguhnya.” Aku yakin itu kamu pernah merasakannya. Karena
aku juga pernah merasa seperti itu.
Lalu sekarang kamu bilang
kebahagiaan semu? Kebahagiaan semu tapi tetap saja kamu bahagia.
Sampai ada pertanyaan lain, jika
memang jalannya berbeda? Apa yang akan kamu lakukan? Dimana kamu akan mencari
kebahagiaan?
Aku tidak bisa menjawab. Aku bangkit
dan aku harus menulis tentang semua ini. Dan ini tulisanku.
Sekarang pertanyaanku, ketika dia
bukan jalanku, dimana aku berjalan menuju kebahagiaan? Apakah pada dia yang
punya kebahagiaan semu dan tetap bahagia? Bagaimana bahagiaku bisa bahagia
dengan tanpa bahagiaku pun bisa bahagia?
Pada akhirnya aku sendiri yang akan terus
mencari jawaban, bahagia itu seperti apa?
Tuhan-ku tau jawabannya.
#Jare Bahagia itu sederhana, sesederhana aku mencintamu #eaaaa
Kumpul sama mamak, bapak dan Mukhlis sambil wediyangan pacitane pisang goreng juga bahagia, #BahagiaItuSederhana. Opo ho'o? Embuh.
Oh iya, aku lupa tadi pas menulis tentang ini, lupa akan posisi dan orang - orang yang bersangkutan. Ngrembuki dia mudah, tapi mereka?? *tepok jidat*
Eh ora sido lah, tetep kudu konsekuen ya :) demi mereka, nama mereka :) dan bahagia mereka :)
Oh iya, aku lupa tadi pas menulis tentang ini, lupa akan posisi dan orang - orang yang bersangkutan. Ngrembuki dia mudah, tapi mereka?? *tepok jidat*
Eh ora sido lah, tetep kudu konsekuen ya :) demi mereka, nama mereka :) dan bahagia mereka :)
tulisannya mbak mutia semakin berisi nih (gak salah aku jadi pengikut blog ini)
BalasHapusbahagia itu saat kita bisa tersenyum dengan tulus
senyum yg muncul dari dalam hati nurani
jujur aku baru sekali ketemu mbak mutia, dan kuperhatikan dg jelas senyumnya yang tulus dan menawan, aku yakin type orang seperti anda akan mudah mendapatkan kebahagiaan (dimanapun kapanpun dan bersama siapapun)
maturnuwun mas, menulis dengan hati alias curhat hueheheh :D
Hapusaminn mas... aminnnnnnn :) :)
Bahagia itu pilihan hidup. Bahagia itu berawal dari bersyukur
BalasHapusTerimakasih