Sore itu, 14 April 2013
Percakapan kita....
Kita yang bersikap seolah
semua baik – baik saja. Menyapa mesra, bercanda seperti biasanya, tapi dengan
rasa yang sudah berbeda.
Sampai pada pertanyaanmu....
“Masih adakah aku dihatimu?”
Aku menjawab, “Ada”.
“Mana buktinya?”. Aku terdiam
sejenak.
Lalu aku menguntai semuanya
dengan panjang lebar....
Waktu yang akan menjawab semuanya. Bagaimanapun itu sekarang dan nanti, aku sudah berani megambil keputusan untuk komitmen itu dan aku pasti akan berusaha mempertanggungjawabkanya. Nanti.
Waktu yang akan menjawab semuanya. Bagaimanapun itu sekarang dan nanti, aku sudah berani megambil keputusan untuk komitmen itu dan aku pasti akan berusaha mempertanggungjawabkanya. Nanti.
Maaf kalau untuk saat ini aku
menikmati duniaku, duniaku yang bertolak belakang dengan duniamu, dunia yang
tidak kamu suka dan kamu larang aku masuk ke dalamnya. Tapi kamu tau aku kan? Semakin
dilarang aku akan semakin bernafsu untuk melakukannya. Yah, tapi aku tau, nanti
sang waktu akan membatasi itu. Dan nanti, pertanggungjawaban atas komimen itu
pasti aku lakukan.
Mengikuti apa yang kamu mau. Tanpa peduli
hatiku. Tanpa peduli inginku.
Dan meninggalkan dunia ini, dunia
yang sebenarnya yang aku cari, dunia yang memang inilah duniaku. Dunia yang aku
rubah menjadi apa dunia yang aku inginkan.
Tenanglah, nanti pada waktunya aku
akan kembali pada duniamu, dunia kita, dunia yang pernah aku dan kamu khayalkan
dulu.
Maaf aku sering membuat hatimu
sakit. Aku terlalu egois dengan duniaku. Aku terlalu egois dengan keinginanku. Setelah
rasa kecewaku yang berulang kali, aku hanya mengikuti katamu “jalani saja”,
lalu aku menjalani saja apa yang aku mau.
Maaf aku mulai melupakan
pengorbananmu, tidak seharusnya aku begitu, aku yang tak tahu balas budi, aku
yang tak tahu diri. Maaf.
Maaf kalau rasaku mulai luntur sejak
sikapmu yang tidak aku suka, kamu selalu mengulang – ulang apa yang salah
dimataku. Aku tidak suka kamu memancingku mengulang dan membayangkan dunia
gelap yang dulu. Aku ingin menjadi baik. Tapi kamu selalu begitu. Sehingga aku
mulai tidak memperdulikanmu, aku mulai mengabaikanmu.
Bukan karena ada orang lain aku
mengabaikanmu, tapi karena sikapmu.
Hanya sekarang, ada beberapa orang
disekelilingku yang memperhatikanku, tapi aku tau ini berbatas. Aku sadar itu.
Aku ingin kamu merebut hatiku
kembali. Menggali rasa yang mulai tertutup oleh rasa yang lain.
Aku
ingin kamu membuat kenangan tentang kita itu tidak terkubur oleh kenangan yang
lebih indah dari itu.
Aku pun tidak tau bagaimana caranya.
Aku tau ini bukan lagi hubungan yang sederhana. Semua sudah menyangkut orang –
orang yang kita sayang. Dan aku hanya tidak mau mengecewakan mereka yang sudah
begitu berharap dengan hubungan ini.
Aku juga berusaha. Ku buka album lama
tentang kita. Berharap rasa itu terkumpul. Kembali menguat. Tapi itu tidak
bereaksi apapun.
Maaf. Maaf. Maaf.
Aku tidak ingin kisah ini berakhir
seperti kisahku sebelumnya.
Aku memilih sakit asal kamu bahagia.
Aku rela menahan inginku asal aku tidak menyakitkan untukmu.
Maaf aku meminta ini itu kepadamu.
Hingga aku tidak tahu rasa takut kehilanganmu itu tentang cinta atau balas
budi.
Yang jelas, aku tidak mau kamu sedih
karenaku, aku akan lebih senang melihatmu bahagia, meskipun itu bukan karenamu.
Aku akan lebih tenang kamu tersenyum karena orang lain tapi bukan sedih
karenaku.
Biarkan aku gila dengan duniaku. Biarkan
saja. Jangan kamu sakit karena duniaku, karena itu akan membuatku semakin gila.
Yakin dan percayalah. Nanti. Aku akan
kembali ke pelukanmu.
Iya, begitu panjang jawabanku. Semua tentang rasaku sudah
tersirat di untaian kata yang panjang itu.
Kamu tidak tahu ketika aku menyuratkan semua ini air
mataku tidak berhenti mengalir. Kamu tidak tahu segimana berat aku mengetuk
tombol “send” di layar hapeku. Aku takut kamu semakin terluka karenaku, karena
semua apa yang aku suratkan itu. Karena semua itu akan membuatku semakin merasa
bersalah.
Bukan apa – apa. Aku hanya ingin jujur. Meskipun jujur
itu menyakitkan. Aku ingin kamu tau dan melihat segimana jahatnya aku. Karena manisku
itu berduri. Dan aku menyadari itu.
Kamu menjawab “Iya aku mengerti, Aku juga tidak
menyalahkanmu jika suatu saat kamu berpaling dariku dan menemukan seseorang
yang lebih dari diriku, karena Tuhan sudah menggariskannya. Meskipun terkadang
aku sangat kecewa dengan sikapmu dengan teman – temanmu, tapi aku bisa apa. Hanya
satu pintaku, jangan hanya mengikuti kata hati, kesenangan dunia karena hidup
tak cukup hari ini tapi ada esok dan esok lagi. Semua itu butuh proses sayang”.
Iya, kamu benar.... Ya sudah, biarlah waktu nanti yang
menjawabnya.... :)
"Aku memilih sakit asal kamu bahagia. Aku rela menahan inginku asal aku tidak menyakitkan untukmu." Semangat dek. Pasti akan indah pada waktunya. Masnya yang lagi di Korea pokoke jangan lukai rasa itu :-)
BalasHapus:)
Hapus