Mutia Kymoot Thanks God, I'm sweet. Engkau sungguh Maha Indah, indahkanlah aku, Tuhan.

Sabtu, 18 Mei 2013

Terimakasih, Sudah Membenciku :)


Semua nampak samar. Tidak jelas. Aku merasa frustasi. Aku hampir gila. Hampir gila dengan hati dan fikiranku.
Get it flow itu hanya ada di mulutku, otak dan hatiku berkecamuk.
Hatiku berkecamuk dengan cinta yang buntu, hal – hal yang harus dipertanggungjawabkan, bagaimana kehidupan terus berlangsung. Sedangkan otakku bergejolak, beban beban tugas yang bercampur baur dan tidak jelas, khayalan – khayalan tingkat tinggi, keinginan yang menggebu. Dan sebenarnya otakku itu kosong.
Ah.... aku ingin seperti yang lain, otak – otak mereka yang dengan mudahnya mendapat ide, mengerjakan sesuatu, menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Apakah aku terlalu sibuk dengan fikiran sampah itu? Aku terlalu memikirkan hal – hal yang tidak berbobot dan tidak berguna?

Kebawa suasana hati? Iya memang akhir – akhir ini kegilaanku menjadi. Berbagai macam gejolak berkecamuk di hatiku dan itu merambat ke otak. Otak yang seharusnya bisa menyelesaikan beban yang memusingkan itu malah terbuang percuma.
Aku ingin memulai dari mana? Aku tidak tahu. Bahkan apa yang akan aku perbuat aku pun tidak tau. Ah payah....
Woy, kamu itu mau jadi apa sih Mut? Gak tau. Dulu cita – citamu apa? Guru. Terus sekarang? Ya jelas aku ingin jadi guru lha wong aku sekolahnya di keguruan. Aku itu seorang calon guru Fisika. Kamu bisa jadi guru Fisika? Ah... aku sadar materi yang aku kuasai itu belum ada seujung kuku. Bahkan kalau dites dengan anak SMP atau SMA mungkin mereka lebih pintar dari pada aku. Kamu mau jadi apa?? Get it flow lagi?? Liat yang lain udah melesat kedepan. Kenapa kamu masih jalan di tempat?
Ya itu tadi, kamu terlalu memusingkan hal – hal yang tidak penting.
Aku sering munghujat diriku sendiri. Aku suka jujur dengan sikapku yang sok, jujur dengan sikapku yang buruk. Bukannya aku menyombongkan keburukanku, bukannya aku bangga dengan sifatku. Aku hanya ingin jujur. Sebelum orang – orang yang memujaku, mendekatiku, bilang “Oh, ternyata seperti itu ya,” heiiiiii... aku udah bilang kan!!!
Yang lain akan mengamuk, mencerca balik ketika dicerca, tapi aku sama sekali tidak marah. Semua cercaan itu aku balas dengan senyuman. Inilah hidup. Dan inilah warna kehidupan. Setiap orang punya hak untuk menilai. Kenapa harus marah? Kenapa harus gak terima? Ya kalau sakit hati itu jelas, aku pun sakit hati ketika aku dicerca, dicemooh, disindir, dihujat, difitnah. Tapi bukankah semua itu adalah bentuk kritikan terhadap sikap kita? Ya mungkin di mata mereka aku memang seperti itu. Dan aku gak akan marah ataupun memungkiri, meskipun terkadang hal yang mereka omongkan itu jauh dari fakta yang ada.
Ingat, hidup di dunia ini pasti ada yang suka dan ada yang tidak. Sifat orang itu beda – beda, ada yang menanggapi kritikan dengan marah dan mengamuk, ada yang menanggapi dengan tersenyum. Dan itu yang menandakan kedewasaan seseorang. Simak ini deh ==> Maaf dan Terimakasih :)
Terkadang orang berargumen ketika belum melihat apa yang sebenarnya, dan itu wajar. Akupun sering seperti itu.
Ada juga model yang “ngubak – ubak banyu bening”, ya itu mereka – mereka yang suka mencari – cari masalah. Dan gakpapa. Sifat orang beda beda!!
Tapi ingat, tidak ada ayam kalau tidak ada telur, tidak ada telur kalau tidak ada ayam. Hukum sebab akibat itu ada. Tidak ada akibat tanpa sebab, dan kalau ada sebab pasti ada akibat.
Apapun itu, aku tetap berusaha menjadi orang baik. Aku ini hanya orang biasa. Ketika dicerca aku merasa begitu sakit. Tapi kembali ke hak setiap orang itu tadi. Aku ikhlas dan tersenyum. Hidup di dunia ini cuma sekali dan aku hidup tidak mencari musuh. Tapi kalau ada yang memusuhi, cukup aku bilang “Terimakasih, sudah membenciku :)”
Aku lebih suka ketika sindiran dan gunjingan itu dicolokkan ke mataku dari pada berbisik dibelakangku, karena aku itu tau. Dan tentunya itu lebih baik, bahkan bisa melatih dan membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang bijaksana, bukan pribadi yang penggunjing dan pembenci.
Sekali lagi, bukan tentang sombong dan bangga, lihatlah, intensitas interaksi dengan jumlah orang yang berbeda dan bermacam – macam itu akan lebih membuka pandangan kita, hidup bukan hanya hal yang sepele seperti itu, bukan lagi konfik anak kecil yang bermain petak umpet.
Dan tentunya maaf jika sikapku, perbuatanku itu mengganggu kehidupan kalian - kalian yang membenciku. Maaf dan terimakasih ;).
Aku hanya gadis biasa yang ingin menjadi luar biasa, tapi aku tidak tahu harus memulainya dari mana.....

3 komentar: