Mutia Kymoot Thanks God, I'm sweet. Engkau sungguh Maha Indah, indahkanlah aku, Tuhan.

Senin, 23 Maret 2015

Ternyata Bukan Puncak Gn. Sindoro yang Ku Tuju....


Sabtu, 21 Maret 2014

Terimakasih Tuhan, sudah Kau ijinkan aku mengagumi kebesaran-Mu
Pulang pergi dari rumah sampe basecamp pendakian Gunung Sindoro via Kledung nyetang sendiri. Ini kali pertama motoran sendiri paling jauh. Berangkatnya sih masih strong tapi pulangnya yang kerasa ashoy, apalagi setelah muncak Sindoro dengan perjalanan muncak dan turun kehujanan terus, yaa mendaki di musim hujan itu ya resikonya kayak gini, harus siap-siap kehujanan, kehujanan kenangan masa lalu #ehh.


Rencana awal sih muncaknya gak lebih dari 10 orang, ehhh kok ini jadi 21 orang, yaa gini kalo muncaknya dia ngajak dia, dia ngajak dia, dia ngajak dia gitu. Muncak dengan group yang kuantitasnya banyak memang harus dikoordinasikan dengan baik, termasuk timing keberangkatan, biasanya semakin banyak orang semakin molor karetnya heuheu. Jangan sampai kita menyepeleken safety, termasuk logistik dan keperluan pribadi juga harus dikoordinasikan dengan baik, jangan sampe muncak Sindoro cuma bawa air 1 botol, gak bawa sleeping bag atau gak bawa mantel, apalagi ini musim hujan :)

Janjian kumpul jam 7 berangkat jam 8 dari Jogja, sampai basecamp jam 14.30, tau kan kenapa bisa selama itu? Padahal estimasi waktuku Jogja-Temanggung 3 jam, itupun motoran santai :).

Kamu kapan mendaki sama aku?
Patner mbolang cewek yang kece

Jam 15.30 kita mulai pendakian....
Baru perjanan menuju Pos 1 kita sudah terpisah, dan setelah diskusi akhirnya Aku,Adis dan Penguk melaju duluan, diikuti oleh 1 temannya temannya temannya temanku gabung dengan iramaku, namanya Dek Arif, dia 2 tahun di bawahku.

Perjalanan selanjutnya aku jadi leadernya, semua terkondisikan dengan baik,hanya saja Adis ngap-ngapan gara2 kebanyakan rokok, patner mbolangku yang satu ini emang susah dikasih tau, disuruh berhenti ngrokok kok ya tete ngeyel -_-.

Dalam perjalanan kita ketemu pendaki lain yang dari Gunungkidul, muncaknya udah kemarin, tapi kok rasanya aneh. Dan ternyata bukan Puncak Gunung Sindoro yang ku tuju, melainkan bertemu kamu, iya kamu.... #lupakankalimatini.

Di pos 2 kita nunggu yang belakang dan disusul 6 teman lainnya. Tapi dalam perjalanan menuju pos 3 kita berempat terpisah lagi dengan 6 yang di belakang dan akhirnya kita memutuskan untuk lanjut dan menunggu di pos 3.

Dalam perjalanan kita bertemu dg pendaki lainnya, dan sepertinya pendakian kali ini sangat ramai, kabar dari pendaki berpapasan saat mereka turun, pos 3 penuh. Dan ternyata benar, jam 19.00 kita sudah sampai pos 3 yang ramai seperti pasar dan kita memutuskan untuk lanjut.

Aku menawarkan sama temen2 gimana kalo langsung summit dan ng-camp di puncak dan temen2 setuju tapi dengan irama santai. Oke kita memutuskan langsung summit, tapi dipertengahan antara pos 3 ke puncak kita dihajar hujan yang sangat deras. Dan akupun mengajak teman2 untuk cari lokasi untuk camp, karena tidak memungkinkan untuk terus lanjut dengan kondisi seperti ini, aku takut kalo fisik kita ng-down. Karena banyak yang mendaki malam minggu itu, aku cukup kesulitan untuk mencari tempat mendirikan dome, tiap ada tempat landai pasti sudah ada yang nempatin sedangkan hujan masih terus mengguyur dengan derasnya.

Setelah nemu tempat yang agak landai, meskipun tetep miring tapi ada 1 pohon yang cukup untuk menahan dome nanti, kita langsung mendirikan dome disitu. Kita berempat teamwork untuk mendirikan dome, tau kan susahnya mendirikan dome dibawah hujan deras??

Kita sepakat istirahat disini, dan baru melanjutkan pendakian besuk jam 3 pagi. Langsung ganti pakean karena udah basah banget dan aku cuma bawa celana jeans. Yaudah pake jeans dari pada gak pake celana -_- (sebenarnya pakaian berbahan jeans tidak recomended untuk kostum mendaki, karena selain berat, kalo basah susah keringnya). Sebelum tidur kita masak dulu, ngopi dulu.. ya tooo.. enak tooo.. gak perlu pulang kampong :D

Emang pada dasarnya aku sama Adis itu loap-laop, berisik, selalu ada bahan untuk dibicarakan ke-gayeng-an kita, jam 1 malam itu sampe dibilang sama pendaki yang lewat. Jam 3 pagi, 2 teman kita menghampiri dome, ternyata mereka camp di pos 3. Jam 3.30 aku sama Dek Arif melanjutkan pendakian bersama 2 orang teman tadi dan Penguk sama Adis lanjut tidur.

Di sambut kepulan asap dari kawah Gunung Sindoro

Sampai puncak sekitar jam 05.15 dan sunrise-nya gak kece, mendung menn. Tapi tetep dapet langit biru, meskipun kurang syahdu. Ini motretnya harus diarahin, kamu posisinya gini, aku ditaruh sini, ini muncak atau ngajari motret ya -_-.

Selamat pagi Gunung Sumbing di seberang sana, kamu dapet salam dari Puncak Gunung Sindoro
Iya, ternyata bukan puncak Gunung Sindoro yang ku tuju, tapi bertemu kamu, iya kamu 
Mendaki, berjalanlah dengan iramamu, bernafaslah pada ketinggianmu


Mendakilah biar banyak dakinya, ehh salah... Mendakilah, berjalanlah dengan iramamu, bernafaslah pada ketinggianmu. Seperti hidup, berjalanlah dengan iramamu, jangan terlalu memaksakan hal yang memang tidak baik ketika harus dipaksakan. Bernafaslah pada ketinggianmu, fokuslah pada tujuan hidupmu, apa yang ada sekarang dan jangan mengurusi ketinggian orang lain, bersyukurlah.

Di atas kabut putih itu
sedikit biru
Langit mulai membiru
Tangan kananku sudah pegang kamera, tangan kiriku kok belum pegang tanganmu ya....
Merah itu warna paling kece di puncak gunung
Musim hujan itu biasanya langit biru gak lebih dari jam 07.30 pagi
Gunung Sumbing dari Puncak Gunung Sindoro

Pukul 07.30 WIB kabut mulai naik dari kaki Gunung Sindoro. Aku segera bergegas turun menuju tempat ng-camp.
Santai dulu.....

Mau turun jam 11 eh lagi-lagi diguyur hujan, yaudah kita ndekem di dalam dome lagi. Jam 12 selesai packing dan turun dengan diguyur hujan yang deras puol. Jalan setapak pun jadi aliran sungai. Sampai bawah jam 3 dan cuz pulang, motoran dewe :D

Mendakilah bersamaku dan kamu akan tahu sifatku, dan sifat dirimu sendiri. Dan aku faham dengan sifatku, aku terlalu idealis, egois dan keras kepala, dan mungkin terlalu membenci dan terlalu sombong untuk memberi maaf, sebenarnya bukan begitu, biarlah.... bagiku melupakan adalah cara memaafkan yang paling baik, untuk semua itu dan biarkan Tuhan yang memaafkan. Obsesiku cukup tinggi hingga rela berlari menuju puncak Sindoro demi sebuah lukisan cahaya ketika matahari menyembul di ufuk timur.
Dan demi kamu, iya kamu....

2 komentar:

  1. salah satu makhluk keren bhin langka indonesia.... lanjutkan mbak.... everest menantimu.....

    BalasHapus