Mutia Kymoot Thanks God, I'm sweet. Engkau sungguh Maha Indah, indahkanlah aku, Tuhan.

Sabtu, 22 Februari 2014

Ekspedisi Goa Nguluran


Udah lama banget gak ngeblog.... dasbor blog udah penuh dengan “sawang” (jelaga) *ngremus sulak*. Kemarin – kemarin terlalu sibuk menulis dengan aturan EYD dan tata bahasa yang baik dan benar (SANGAT MENYENANGKAN!! I LOVE IT :*). Diluar tulisan formal saya (eh kok “saya” biasane guweh elohh :D).
Sebelum nyimak syurhatan saya, kalian harus dan wajib baca ini dulu Goa Nguluran: Ekstrem Tetapi Penuh Pesona
Oke... sudahh?? Lanjut!!!
Kehausan blusukanku terobati dengan ekspedisi goa Nguluran Minggu, 16 Februari 2014 kemarin. Goa Nguluran berada di Dusun Sureng, Desa Purwodadi, Kecamaan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Para manusia goa masih sama seperti dulu, selalu ada aku, depri dan Ndut. Ditambah  mas dani dan juga salah satu warga di dusun ini bersama kabag pembangunan Desa Purwodadi.
Sekarang yang gak pernah pake acara ng-camp lagi (katanya udara malam tidak baik untuk cewek:D). Kita kumpul di rumah mas Dani (biasa rumah mas Dani selalu dijadiin tempat transit dan tempat menyelesaikan masalah *inget pas mau masuk Goa Lempulir*). Sekitar pukul 10 kita meluncur dari rumah mas Dani menuju pesisir selatan.
Kita minta izin dulu ke pemerintah desa setempat untuk mengadakan liputan. Oke petualangan pun dimulai. Akses jalan menuju goa ini sangat ashoy sekalee. Jalan menurun dengan kondisi jalan yang masih bebatuan. Idiuhhh.... kasian si MX tuh (ternyata blusukan itu enakan bonceng CB haaaakkk), motornya mas depri yang sock-nya terlalu empuk jadi mentul – mentul kayak bola bekel :D, ditambah sama beban berat tas berisi alat – alat yang beratnya sampe 50 kg (mas Dani yang gendong jadi kurus deh :D).
Tau pantai ini?? Lokasi goanya deketan sama ini lho
Karena lokasi goa ini berada di kaki tebing yang menjorok ke pantai maka motor gak bisa dibawa sampe lokasi. Jarak goa dari tempat kita parkir masih sekitar 2 km. Untuk sampai ke lokasi kita tracking naik turun bukit menembus semak belukar. Ditambah dengan masih mabul – mabulnya abu kiriman dari Gunung Kelud kemarin. Abu yang menempel di dedaunan yang masih tebal, alhasil kalo gak pake masker ya kena abu, kalo pake masker malah gak bisa napas. Engap coyyy!!!
Naik – naik ke puncak gunung, tinggi – tinggi sekali. Setinggi harapan yang kau berikan, lalu kau hempaskan lagi #Akurappo
Jalanan naik turun dan aku sendiri gendong logistik yang ngambil di Alfamart tadi, eh *Sensor. Eh tapi gakpapa, hujan abu kemarin itu nantinya akan menyuburkan tanah Gunungkidul kok, malah udah dipupuk sama Tuhan langsung lho yaaa tanpa kita ngusungi pupuk ke ngalas (Yeah... gagal neng Bromo menehhh, buuulll!!!).
Nah ini Depri lagi ngapain jal
Emang depri itu tangannya panjang, tangannya langsung memetik buah serikaya yang memang sekarang lagi musim panen. Setelah dipetik baru bilang sama yang punya “Bu, kulo ngrasake serikayane nggih,” teriaknya kepada ibu – ibu yang lagi meladang sambil mengacungkan serikaya ditangannya. Jurus jitu biar selalu boleh minta, mau gak mau kan ibunya tetep bilang “iya”, lha wong udah dipetik :D (Tapi ibunya beneran ikhlas kok, warga Gunungkidul itu bukan warga yang pelit – pelit, apalagi warga masyarakat pedesaan, malah disuruh metik lagi dan bawa pulang. Wahh... pohonnya langsung tak bedhol tak bawa pulang :D).
Team blusukers
Sambil ngremus buah serikaya kita terus menapaki jalanan setapak yang memang sudah biasa dilalui para warga disini. Rasanya udah capek banget, depri yang gendong tas alat aja bilang nek rasanya udah mau mati, waduh dep... ojo sik, koe kan urung neng curug tegalrejo :D (Depri yang pengen banget kesana tapi belum kesampaian :P). Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, kita dihadapkan pada dua tebing yang mempunyai celah sempit. Terdengar deburan ombak di balik lorong celah itu.
Rasanya pengen lompat ke bawah, kalo inget apa yang udah.... #Ahsudahlah
Wooowwww.... hamparan samudra berwarna biru . Ini keren!!! Kita bukan berada dibibir pantai tapi kita berada ditengah tebing. Bawah sana jurang sedalam 35 meter. Sisi – sisinya tebig – tebing curam yang lebih tinggi dari tempat kita berdiri. Hiyuhhhh singunen nguwasne ngisor *ngekep kamu #eh ngekep watu.
Nyaliku sempat menciut setelah melihat ke bawah tebing, dalem bangettt!! Dan sekitar 2 meter kedepannya sudah batuan karang yang ditumbuhi tanaman serat yang dihajar sama ombak. Kalo jatuh kesana gimana? Ini tadi pamite sama mamak cuma ke Wonosari. Masalahnya kalo pamitnya masuk goa gak bakalan boleh. “Orasah mlebu goa meneh, iki jaman gempa, ngko nek pas neng njero goa reti reti gempa gek ambles pie?”. Tapi mungkin dasarnya aku ini anak ngeyel heuhhh. *ngremus roti isi keju made in alfamart #eh Sensor maning*.
Melepas lelah
Depri dan si ndut nyari – nyari tambatan aku duduk manis leyeh leyeh menikmati angin laut yang bertiup sepoi – sepoi, euuhhh nyamannya, seperti nyamannya saat di dekatmu, halaaahhhh preeekk.
Pak Parlan dan Pak Suroyo udan turun langsung lewat ini.
Bayangin men!! Itu itu cuma beberapa bambu yang diikat jadi satu terus ditaruh disini. Pemberani!! Aku piye?? *nyengir ngeri*. Aku memilih turun dengan alat yang udah diset dan semoga dijamin safety-nya.
Bercumbu dengan tebing, mungkin anya dia yang mengerti perasaan ini.. halaaaahhhh, sido yo syurhat!!
Sampai di bawah ternyata ada yang unik. Ada air yang keluar dari tebing ini dan rasanya gak asin *Srupuuttt... ngrasakne*. Dari mata air ini kita harus berjalan lagi sejauh 200 meter untuk sampai di mulut goa ini.
Pancuran
Mulut goa ini memiliki tinggi sekitar 2 meter dan lebar sekitar 3 meter dan genangan air di dalamnya dengan hiasan stalagtit yang masih hidup. Goa ini memang mempunyai aliran sungai bawah tanah yang suara gemericik airnya terdengar dari luar goa. Ternyata untuk masuk ke goa ini harus pake acara renang. Waduuhhh... yaa bisa sih renang, tapi cuma sejauh 1- 2 meter aja, habis itu tenggelam hehehe. Lha ini harus menyelam sepanjang 50 meter, lha gek pilih digendong saja :D.
Mulut goa Nguluran
Tapi tenang, depri sudah siap dengan weebing panjangnya yang akan diikat antara batu diluar goa dan batu didalam goa (padahal depri we yo raiso renang, jare ngaku cah pecinta alam kok ra iso renang, wagu :P). Akhirnya pak Suroyo dan ndut yang jago renang memasang tali ini. Harusnya kesini bawa pelampung biar mudah mencapai dalam goa dan tentunya gak tenggelam. Tapi kita memang orang – orang yang menyukai tantangan (meskipun gak bisa renang). Akhirnya kita hanya mengandalkan tali sebagai pegangan agar tidak tenggelam, dalamnya 12 meter lho, ha po ra muk glagepen koyo nek ditakoki dosen gek raiso njawab kae :D. Opo koyo pacar sik ketauan selingkuh :D *ups.
Duo perenang yang “kurang handal” haikk
Tapi meskipun gak bisa renang tetep santai kok, ada ndut sama pak Suroyo, mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kami yang tidak bisa berenang hehehe....
Untuk caving itu memang harus menggunakan peralatan dan lengkap demi menjaga keamaan, termasuk coverall (baju khusus untuk penelusuran goa), sepatu boots, helm dan yang paling penting adalah senter (tau kan kalau di dalam goa itu gelap, iyaa segelap hatiku kalo gak ada kamu, kamu kan bintang yang menyinari hatiku.... alahem #Ngandelmen).
Setelah masuk ke dalam goa sejauh 50 meter kita disuguhi dengan stalagtit (batu kapur yang tumbuh dari atas goa menuju dasar goa) dan stalagmit (tumbuh dari dasar goa menuju ke atas) yang berwarna kuning kecoklatan dengan gemerlapan cahaya ketika disinari cahaya senter. Ihiuuwww.... Tuhan memang Maha Pencipta yang luar biasa. Ujung – ujung bawah stalagtit ini meneteskan air, inilah yang membuat stalagtit terus tumbuh, dan ingat!! Jangan dipegang yaaaaa!!!
Untuk melihat keindahan batuan itu lebih dekat kita harus menaiki dinding goa yang tingginya sekitar 2,5 meter dengan kemiringan 80- 90 – derajat. Widih.... didalam goa tetep ada panjat memanjat ini :D
Hihu, gak ada yang ngingetin kalo helmnya miring. Ntar sampe akhir fotonya helmnya miring semua -,-
Manusia goa
Manusia goa
Sampai di atas kami dikagumkan lagi sebuah batu besar yang menyerupai gunung. Batu ini diselimuti dengan aliran air dari atas, ada benjolan – bejolan besar dan cekungan yang didalamnya ada genangan air yang sangat jernih. Terdengar suara gemericik air dari puncak batuan ini.
Dengan rasa penasaran kami terus menelusuri setiap lekuk keindahan batu di dalam goa ini. Dan sesampainya dipuncak batu, terlihat air terjun mini yang airnya muncul dari dinding goa bagian atas. Ini keren, ini luar biasa!! Kembali mulutku berdecak kagum melihat ciptaan Tuhan yang indah ini.
widih kerennn!!
Ekspresine Depri :v
Weheee...
Uniknya lagi, disini terdapat beberapa batuan yang menyerupai piring. Batun ini terbentuk karena tetesan tetesan air yang jatuh ke genangan air dibawah dan endapannya membentuk cekungan seperti ini.
Ada yang mirip dengan cobek dan ulegnya
Setelah diamati ada batu yang mengilustrasikan seorang ibu yang sedang menggendong anaknya.
Golek wangsit sik, jalan keluar dari masalah ini haakkk
Keindahan batuan goa ini menjadi lengkap dengan adanya sungai aliran bawah tanah, di bawah batu ini membentuk sebuah kolah besar yang warna airnya hijau menyala. Indah sekali!!!
Hijau menyala
Karena pantulan dan pembiasan cahaya dari luar maka air yang sangat jernih ini warnanya menjadi hijau menyala. Pengen lompat dari atas batu langsung nyebur :D, tapi kok gak bisa renang. Ya udah liat ndut yang lagi lompat – lompatan aja *muka pengen, pengen nylelepin dia haaakkk.
Setelah dirasa cukup memotret keindahan goa ini (motetnya cuma pake kamera pocket karena kondisi air yang dalam tidak memungkinkan untuk mengajak  DeSembilanpuluh untuk ikut masuk ke dalam goa ini, nek nyemplung banyu muk nangis jemplingjempling :D.
Tapi kalau bawa pelampung/drybag bisa, besuk lagi yaaaa :D
Dengan berpegangan tali aku asik berenang – renang kesana kemari menikmati segarnya sungai bawah tanah ini (lho kan... aku tuh bukannya gak bisa renang tp cuma belum pandai aja :D).
*Keluar goa – cleaning tali – ngremus oreo #eh sensor*
Duh masih naik tebing setinggi 35 meter nihhh, masih jalan sejauh 2 km, masih kudu naik motor dengan tergejlok gejlok, wahaaaa.... gak usah dibayangin. Jalani dan nikmati, seperti hidup yang berat dan banyak masalah ini, masalah ekonomi, cinta, kehidupan bermasyrakat, menghargai perasaan orang lain, menahan ego, pertanggungjawaban, balas budi, aishhh... Disetel kendho, dipikir karo mlaku jare. Koyo mikirke koe barang kui!! alahemmmm.
Melihat pak Parlan dan pak Suroyo dengan berani dan cepat menaiki sekumpulan batang bambu yang diikat disisi tebing ini saya jadi penasaran pengen nyobain. Wohhh... menaiki tebing setinggi 35 meter cuma bergantung pada kekuatan tangan dan tumpuan kaki serta bambu yang hoyak hayik ini. Patut dicoba!!! *mas dani mikir 10 kali untuk mengikuti jejak saya :D*
Mudah ini dari pada manjat tebing kok :D
Sampai ditengah – tengah perjalanan saya sepet menengok kebawah, waduhhh.... singunen. Dan ternyata bambu ini goyang – goyang, punya perasaan waswas juga kalo tiba – tiba ambruk. Tapi kalo mau turun ya tanggung, wes berdoa saja. Ibarate wes bacut teles mandi sekalian heheheh :D
Berhasil sampai atas dan akhrinya semuanya naik melewati bambu ini termasuk mas dani :D, lha iyo opo ameh SRT-an dewe :D
Sampa di atas kita cleaning alat dan kembali menerobos semak – semak menapaki jalan naik turun. Semangat!!! (wes mlaku ngarep dewe jebul salah dalan, dadi neng mburi dewe, ehmmm.... udu modus lho yaa :D).
Yuk menelusuri goa mana lagi??? Atau menelusuri dalamnya hatimu saja?? Tapi takut tersesat dan tak tau arah jalan pulang :(

3 komentar:

  1. sesuk dibaleni meneh mbak, semedi ng kono, sopo ngerti entuk nomer togel apik, hehehe

    BalasHapus
  2. ♏♏♏ªªªªñÑñ†††ªªªªªPPPP \=D/

    BalasHapus