Udah
lama banget gak ngeblog.... dasbor blog udah penuh dengan “sawang” (jelaga)
*ngremus sulak*. Kemarin – kemarin terlalu sibuk menulis dengan aturan EYD dan
tata bahasa yang baik dan benar (SANGAT MENYENANGKAN!! I LOVE IT :*). Diluar tulisan
formal saya (eh kok “saya” biasane guweh elohh :D).
Sebelum
nyimak syurhatan saya, kalian harus dan wajib baca ini dulu Goa Nguluran: Ekstrem Tetapi Penuh Pesona
Oke...
sudahh?? Lanjut!!!
Kehausan
blusukanku terobati dengan ekspedisi goa Nguluran Minggu, 16 Februari 2014
kemarin. Goa Nguluran berada di Dusun Sureng, Desa Purwodadi, Kecamaan Tepus,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Para manusia goa masih sama seperti dulu,
selalu ada aku, depri dan Ndut. Ditambah
mas dani dan juga salah satu warga di dusun ini bersama kabag
pembangunan Desa Purwodadi.
Sekarang
yang gak pernah pake acara ng-camp lagi (katanya udara malam tidak baik untuk
cewek:D). Kita kumpul di rumah mas Dani (biasa rumah mas Dani selalu dijadiin
tempat transit dan tempat menyelesaikan masalah *inget pas mau masuk Goa Lempulir*).
Sekitar pukul 10 kita meluncur dari rumah mas Dani menuju pesisir selatan.
Kita
minta izin dulu ke pemerintah desa setempat untuk mengadakan liputan. Oke
petualangan pun dimulai. Akses jalan menuju goa ini sangat ashoy sekalee. Jalan
menurun dengan kondisi jalan yang masih bebatuan. Idiuhhh.... kasian si MX tuh
(ternyata blusukan itu enakan bonceng CB haaaakkk), motornya mas depri yang
sock-nya terlalu empuk jadi mentul – mentul kayak bola bekel :D, ditambah sama
beban berat tas berisi alat – alat yang beratnya sampe 50 kg (mas Dani yang
gendong jadi kurus deh :D).
Karena
lokasi goa ini berada di kaki tebing yang menjorok ke pantai maka motor gak
bisa dibawa sampe lokasi. Jarak goa dari tempat kita parkir masih sekitar 2 km.
Untuk sampai ke lokasi kita tracking naik turun bukit menembus semak belukar.
Ditambah dengan masih mabul – mabulnya abu kiriman dari Gunung Kelud kemarin.
Abu yang menempel di dedaunan yang masih tebal, alhasil kalo gak pake masker ya
kena abu, kalo pake masker malah gak bisa napas. Engap coyyy!!!
Naik – naik ke puncak gunung, tinggi – tinggi sekali. Setinggi harapan yang kau berikan, lalu kau hempaskan lagi #Akurappo |
Jalanan
naik turun dan aku sendiri gendong logistik yang ngambil di Alfamart
tadi, eh *Sensor. Eh tapi gakpapa, hujan abu kemarin itu nantinya akan
menyuburkan tanah Gunungkidul kok, malah udah dipupuk sama Tuhan langsung lho
yaaa tanpa kita ngusungi pupuk ke ngalas (Yeah... gagal neng Bromo menehhh,
buuulll!!!).
Emang
depri itu tangannya panjang, tangannya langsung memetik buah serikaya yang
memang sekarang lagi musim panen. Setelah dipetik baru bilang sama yang punya
“Bu, kulo ngrasake serikayane nggih,” teriaknya kepada ibu – ibu yang lagi
meladang sambil mengacungkan serikaya ditangannya. Jurus jitu biar selalu boleh
minta, mau gak mau kan ibunya tetep bilang “iya”, lha wong udah dipetik :D
(Tapi ibunya beneran ikhlas kok, warga Gunungkidul itu bukan warga yang pelit –
pelit, apalagi warga masyarakat pedesaan, malah disuruh metik lagi dan bawa
pulang. Wahh... pohonnya langsung tak bedhol tak bawa pulang :D).
Sambil
ngremus buah serikaya kita terus menapaki jalanan setapak yang memang sudah
biasa dilalui para warga disini. Rasanya udah capek banget, depri yang gendong
tas alat aja bilang nek rasanya udah mau mati, waduh dep... ojo sik, koe kan
urung neng curug tegalrejo :D (Depri yang pengen banget kesana tapi belum
kesampaian :P). Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, kita dihadapkan pada dua
tebing yang mempunyai celah sempit. Terdengar deburan ombak di balik lorong
celah itu.
Wooowwww....
hamparan samudra berwarna biru . Ini keren!!! Kita bukan berada dibibir pantai
tapi kita berada ditengah tebing. Bawah sana jurang sedalam 35 meter. Sisi –
sisinya tebig – tebing curam yang lebih tinggi dari tempat kita berdiri. Hiyuhhhh singunen nguwasne ngisor *ngekep kamu
#eh ngekep watu.
Nyaliku
sempat menciut setelah melihat ke bawah tebing, dalem bangettt!! Dan sekitar 2
meter kedepannya sudah batuan karang yang ditumbuhi tanaman serat yang dihajar
sama ombak. Kalo jatuh kesana gimana? Ini tadi pamite sama mamak cuma ke
Wonosari. Masalahnya kalo pamitnya masuk goa gak bakalan boleh. “Orasah mlebu goa meneh, iki jaman gempa,
ngko nek pas neng njero goa reti reti gempa gek ambles pie?”. Tapi mungkin
dasarnya aku ini anak ngeyel heuhhh.
*ngremus roti isi keju made in alfamart #eh Sensor maning*.
Depri
dan si ndut nyari – nyari tambatan aku duduk manis leyeh leyeh menikmati angin
laut yang bertiup sepoi – sepoi, euuhhh nyamannya, seperti nyamannya saat di
dekatmu, halaaahhhh preeekk.
Bayangin
men!! Itu itu cuma beberapa bambu yang diikat jadi satu terus ditaruh disini. Pemberani!!
Aku piye?? *nyengir ngeri*. Aku memilih turun dengan alat yang udah diset dan
semoga dijamin safety-nya.
Bercumbu dengan tebing, mungkin anya dia yang mengerti perasaan ini.. halaaaahhhh, sido yo syurhat!! |
Sampai
di bawah ternyata ada yang unik. Ada air yang keluar dari tebing ini dan
rasanya gak asin *Srupuuttt... ngrasakne*. Dari mata air ini kita harus
berjalan lagi sejauh 200 meter untuk sampai di mulut goa ini.
Mulut
goa ini memiliki tinggi sekitar 2 meter dan lebar sekitar 3 meter dan genangan
air di dalamnya dengan hiasan stalagtit yang masih hidup. Goa ini memang
mempunyai aliran sungai bawah tanah yang suara gemericik airnya terdengar dari
luar goa. Ternyata untuk masuk ke goa ini harus pake acara renang. Waduuhhh...
yaa bisa sih renang, tapi cuma sejauh 1- 2 meter aja, habis itu tenggelam
hehehe. Lha ini harus menyelam sepanjang 50 meter, lha gek pilih digendong saja
:D.
Tapi
tenang, depri sudah siap dengan weebing panjangnya yang akan diikat antara batu
diluar goa dan batu didalam goa (padahal depri we yo raiso renang, jare ngaku
cah pecinta alam kok ra iso renang, wagu :P). Akhirnya pak Suroyo dan ndut yang
jago renang memasang tali ini. Harusnya kesini bawa pelampung biar mudah
mencapai dalam goa dan tentunya gak tenggelam. Tapi kita memang orang – orang
yang menyukai tantangan (meskipun gak bisa renang). Akhirnya kita hanya
mengandalkan tali sebagai pegangan agar tidak tenggelam, dalamnya 12 meter lho,
ha po ra muk glagepen koyo nek ditakoki dosen gek raiso njawab kae :D. Opo koyo
pacar sik ketauan selingkuh :D *ups.
Tapi
meskipun gak bisa renang tetep santai kok, ada ndut sama pak Suroyo, mereka
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kami yang tidak bisa berenang hehehe....
Untuk
caving itu memang harus menggunakan peralatan dan lengkap demi menjaga keamaan,
termasuk coverall (baju khusus untuk penelusuran goa), sepatu boots, helm dan
yang paling penting adalah senter (tau kan kalau di dalam goa itu gelap, iyaa
segelap hatiku kalo gak ada kamu, kamu kan bintang yang menyinari hatiku....
alahem #Ngandelmen).
Setelah
masuk ke dalam goa sejauh 50 meter kita disuguhi dengan stalagtit (batu kapur
yang tumbuh dari atas goa menuju dasar goa) dan stalagmit (tumbuh dari dasar
goa menuju ke atas) yang berwarna kuning kecoklatan dengan gemerlapan cahaya
ketika disinari cahaya senter. Ihiuuwww.... Tuhan memang Maha Pencipta yang
luar biasa. Ujung – ujung bawah stalagtit ini meneteskan air, inilah yang
membuat stalagtit terus tumbuh, dan ingat!! Jangan dipegang yaaaaa!!!
Untuk
melihat keindahan batuan itu lebih dekat kita harus menaiki dinding goa yang
tingginya sekitar 2,5 meter dengan kemiringan 80- 90 – derajat. Widih....
didalam goa tetep ada panjat memanjat ini :D
Sampai
di atas kami dikagumkan lagi sebuah batu besar yang menyerupai gunung. Batu ini
diselimuti dengan aliran air dari atas, ada benjolan – bejolan besar dan
cekungan yang didalamnya ada genangan air yang sangat jernih. Terdengar suara
gemericik air dari puncak batuan ini.
Dengan
rasa penasaran kami terus menelusuri setiap lekuk keindahan batu di dalam goa
ini. Dan sesampainya dipuncak batu, terlihat air terjun mini yang airnya muncul
dari dinding goa bagian atas. Ini keren, ini luar biasa!! Kembali mulutku
berdecak kagum melihat ciptaan Tuhan yang indah ini.
Uniknya
lagi, disini terdapat beberapa batuan yang menyerupai piring. Batun ini
terbentuk karena tetesan tetesan air yang jatuh ke genangan air dibawah dan
endapannya membentuk cekungan seperti ini.
Keindahan
batuan goa ini menjadi lengkap dengan adanya sungai aliran bawah tanah, di
bawah batu ini membentuk sebuah kolah besar yang warna airnya hijau menyala.
Indah sekali!!!
Karena
pantulan dan pembiasan cahaya dari luar maka air yang sangat jernih ini
warnanya menjadi hijau menyala. Pengen lompat dari atas batu langsung nyebur
:D, tapi kok gak bisa renang. Ya udah liat ndut yang lagi lompat – lompatan aja
*muka pengen, pengen nylelepin dia haaakkk.
Setelah
dirasa cukup memotret keindahan goa ini (motetnya cuma pake kamera pocket
karena kondisi air yang dalam tidak memungkinkan untuk mengajak DeSembilanpuluh untuk ikut masuk ke dalam goa
ini, nek nyemplung banyu muk nangis
jemplingjempling :D.
Tapi
kalau bawa pelampung/drybag bisa, besuk lagi yaaaa :D
Dengan
berpegangan tali aku asik berenang – renang kesana kemari menikmati segarnya
sungai bawah tanah ini (lho kan... aku tuh bukannya gak bisa renang tp cuma
belum pandai aja :D).
*Keluar
goa – cleaning tali – ngremus oreo #eh sensor*
Duh
masih naik tebing setinggi 35 meter nihhh, masih jalan sejauh 2 km, masih kudu
naik motor dengan tergejlok gejlok, wahaaaa.... gak usah dibayangin. Jalani dan
nikmati, seperti hidup yang berat dan banyak masalah ini, masalah ekonomi,
cinta, kehidupan bermasyrakat, menghargai perasaan orang lain, menahan ego,
pertanggungjawaban, balas budi, aishhh... Disetel kendho, dipikir karo mlaku
jare. Koyo mikirke koe barang kui!! alahemmmm.
Melihat
pak Parlan dan pak Suroyo dengan berani dan cepat menaiki sekumpulan batang
bambu yang diikat disisi tebing ini saya jadi penasaran pengen nyobain.
Wohhh... menaiki tebing setinggi 35 meter cuma bergantung pada kekuatan tangan
dan tumpuan kaki serta bambu yang hoyak hayik ini. Patut dicoba!!! *mas dani
mikir 10 kali untuk mengikuti jejak saya :D*
Sampai
ditengah – tengah perjalanan saya sepet menengok kebawah, waduhhh.... singunen. Dan ternyata bambu ini goyang
– goyang, punya perasaan waswas juga kalo tiba – tiba ambruk. Tapi kalo mau
turun ya tanggung, wes berdoa saja. Ibarate wes bacut teles mandi sekalian
heheheh :D
Berhasil
sampai atas dan akhrinya semuanya naik melewati bambu ini termasuk mas dani :D,
lha iyo opo ameh SRT-an dewe :D
Sampa
di atas kita cleaning alat dan kembali menerobos semak – semak menapaki jalan
naik turun. Semangat!!! (wes mlaku ngarep dewe jebul salah dalan, dadi neng
mburi dewe, ehmmm.... udu modus lho yaa :D).
Yuk
menelusuri goa mana lagi??? Atau menelusuri dalamnya hatimu saja?? Tapi takut
tersesat dan tak tau arah jalan pulang :(
sesuk dibaleni meneh mbak, semedi ng kono, sopo ngerti entuk nomer togel apik, hehehe
BalasHapus♏♏♏ªªªªñÑñ†††ªªªªªPPPP \=D/
BalasHapusikut ngisi .keren
BalasHapus