|
Akhirnya bisa menciummu di Puncak Gunung
Arjuna wahai sang saka, merah putihku, Indonesiaku, setelah perjuangan mendaki,
berjalan di tanjakan demi tanjakan, kadang batuan, kadang tanah berdebu, kadang
rumput hijau yang ditempuh selama 2 hari. |
Pendakian Gunung Arjuna ini cuma berdua
aja, sama temenku. Harusnya sih bertiga, tapi yang satu tiba2 cancel.
Sekedar info: Gunung Arjuna terletak di
Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan ketinggian. Gunung yang memiliki 4 puncak
yaitu Puncak Welirang, Puncak Kembar 1, Kembar 2 dan Puncak Arjuna ini terkenal
masih alami dengan jalur pendakiannya yang nanjak terus dan panjang. Ada
beberapa jalur pendakian, via Tretes (buat temen2 yang mau mendaki via Tretes
gak perlu khawatir dengan air karena sumber mata air disini melimpah, hampir di
setiap pos ada sungai yang mengalir dan sangat jernih), via Purwosari (terkenal
dengan jalur yang banyak candi dan masih banyak dijumpai warga yang
mempersembahkan sesajen dan dupa di area tersebut), via Lawang dan yang lainnya
aku gak inget heuheu, ingetnya cuma kamu... eaaa. Dan rencanaya kita mau naik
via Tretes dan turun via Lawang.
Karena Jogja – Malang itu jauh dan kalo
motoran bikin bokong gak cihui, yaudah kita naik bus aja. Buat kalian yang hoby
jekpot kalo naik bus, bisa naik kereta. Tapi aku sih nyari yang murah aja,
prinsipku sih jalan-jalan dengan ongkos semurah mungkin dan bisa dapet
pengalaman yang kece, meskipun harus nggembel.
O iya... aku sama temenku ini baru
pertama kali mau naik Gunung Arjuna, rute untuk sampai basecamp kita tanya mbak
google ditambah info dari temen-temen yang udah pernah mendaki ke sana. Dari
Jogja kita berangkat jam 19.00 WIB naik bus jurusan Surabaya, karena perjalanan
dari Jogja-Surabaya memakan waktu cukup lama dan tentunya bakalan duduk di jok
bus sampai bokong kerasa panas, kita milih ke Terminal Giwangan dulu biar bisa
milih tempat duduk yang nyaman (busnya masih selo, belum banyak penumpang).
Kita naik trans Jogja dulu ke Terminal Giwangan (Ongkos : Rp 3.500,00), ini
pengalaman pertama kali naik bus trans Jogja, sebelumnya belum pernah
heuheu.... :D
Naik bus Jogja-Surabaya sekitar 6 jam
kalo gak macet, dan tau kan kalo bus jurusan Surabaya itu speed-nya bikin inget
mati, jadi yaa berdoa aja biar sopirnya insyaf heuheu (Ongkos Jogja-Surabaya:
Rp 57.000,00). Kita turun di Terminal Purabaya dan lanjut naik bus jurusan
Malang (Ongkos Surabaya-Malang: Rp 20.000,00).
Turun di Terminal Pandaan, Pasuruan dan naik angkot ke Dusun Tretes
(Ongkos: Rp 10.000,00).
Sampai di Terminal Pandaan pas adzan
subuh, dan kita sholat subuh dulu di masjid Mohamad Cheng Hoo, masjid dengan
arsitektur china dan berwarna merah, warna kesukaanku. Sebelum naik angkot kita
sarapan dulu di Pasar Pandaan, soto porsi kuli+teh anget cuma Rp 10.000,00. Lucunya,
pas bayar ditanya sama penjual sotonya, “Mbak mau kulakan sayur ya?”, O...
mungkin aku dapet soto harga murah karena mukaku mirip penjual sayur heuheu.
|
Basecamp Tretes |
Sampai di basecamp Tretes kita daftar
dengan bayar retribusi Rp 17.000,00 untuk 2 orang. Sebenarnya, mendaki 2 orang
aja itu gak recomended. Bapak penjaga retribusi Tretes pun gak merekomendasikan
kita turun Lawang karena cuma berdua dan belum pernah sama sekali, memang jalur
Lawang terkenal jalur yang banyak cabangnya dan tidak ada sumber air, jadi
harus membawa persediaan air lebih banyak. Tapi tekad kita udah bulat, kita
siap dengan segala resikonya, jangan
terlalu lama di zona nyaman dan mulailah mencoba hal yang baru. Setelah
sejak beristirahat, jam 08.00 WIB kita mulai mendaki....
Perjalanan awal disambut dengan jalan yang
berbatu, memang jalan ini bisa dilewati kendaraan trail ataupun jeep tapi
semakin lama tanjakan-tanjakkan semakin tegak dengan kombinasi belokan tajam,
ini jalur ashoy banget kalo buat ng-jeep. Tengah harikita sampai di pos 1,
disini kita istirahat sebentar untuk sholat dzuhur dan tidur, ngantuk banget
rasane menn!!!
|
Wudhu dengan air yang dingin beut.... |
Setelah istirahat kita kita lanjut lagi
dan masih dengan jalan seperti tadi. Kaki kita terus melangkah dan tak terasa
hari mulai gelap tapi belum sampai juga di Pondokan (pondokan adalah area
campground yang terdapat gubuk2 tempat istirahat para pencari belerang di
Puncak Arjuna).
|
Istirahat memandangi puncak Welirang,
keliatannya dekat tapi gak sampe2. |
Meskipun belum sampai pondokan kita
memutuskan untuk berhenti dan mendirikan dome, disitu aku nangis gara2 gak
nyampe2. Udah jalan seharian tapi masih jalannya kayak gituuuu aja. Rasanya
pengen udahan aja, balik pulang heuuuu. Setelah masak, makan, sholat kita tidur
dan paginya mulai lagi perjalanan.
|
Selamat pagi hutan pinus |
|
Dalam perjalanan sebelum sampai di
pondokan kita dihadiahi dengan pemandangan padang bunga yang indah nan cantik. |
Sampai di Pondokan kita istirahat sambil
ngobrol2 sama pendaki lain, untuk sampai di puncak Welirang kita harus tracking
sekitar 3 jam dari Pondokan. Setelah itu untuk sampai di Puncak Arjuna kita
bisa lewat Puncak Kembar 1, dan kembar 2 atau bisa balik lagi ke Pondokan dan
lewat Lembah Kijang. Setelah berdiskusi kita memutuskan untuk tidak mampir2 dan
langsung ke Puncak Arjuna.
Di Lembah Kijang adalah sumber mata air
terakhir untuk menuju Puncak Arjuna. Kalau mau turun lewat Lawang atau
Purwosari, kita harus memaksimalkan bawaan air dari sini. Di Lembah Kijang kita
istirahat sebentar, aku sempet cuci muka dan gosok gigi, biar tetep kece
heuheuu....
Dari Lembah Kijang kita melewati padang
savana, euhhh ini kece badai men!! Rumput yang luas nan hijau.
|
Nuwun Gusti, Engkau sudah mengizinkanku
mengagumi keindahan-Mu disini |
|
Tiduran dulu..... |
|
Yang tadinya cuma foto-foto pake hape,
aku niat banget ngeluarin si DeSembilanPuluh, sayang kalo gak foto2 pake dia. |
|
Hai kamu, Indonesia itu indah kawan,
jangan dirumah saja. |
|
Katanya sih wanita penghuni kolong
langit heuheu |
|
Mendaki, salah satu cara untuk menemukan
tempat terbaik untuk pulang |
|
Mengapa kamu mendaki? Ikutlah mendaki
bersamaku, maka kamu akan tau jawabannya. |
Sebenarnya pengen disini berlama-lama,
tapi kita ingt waktu. Dan kita kembali berjalan. Setelah dari savana kita akan
bertemu dengan tanjakan2 dahsyat yang bikin mangap-mangap. Selain itu, jalur
yang banyak membuat kita harus ekstra teliti untuk memilih mana jalur yang
benar. Untuk itu, kita harus memperhatikan tanda berupa tali rafia yang
diikatkan di ranting-ranting pohon. Selesai tanjakan kita akan sampai di Alas
Lali Jiwo, hutan ini terkenal menyesatkan, apalagi kalau kabut. Ketika bertemu
kabut maka disarankan untuk berhenti sampai kabutnya hilang. Setelah Alas Lali
Jiwo kita kembali bertemu dengan padang ilalang dan bunga
|
Keluarin hape dan foto di padang ilalang |
|
Padang bunga lagi, kurang indah apa |
Setelah itu kita kembali bertemu dengan
tanjakan, struktur tanjakan ini kombinasi tanah dan batu. Tanjakan dan
teruuuuussss tanjakan. Sampai di waktu Gede kita istirahat dan foto dulu
|
Puncak sudah keliatan |
|
Kita sudah di atas awan |
|
Ngeluk boyok sik gaessss |
Kita lanjut berjalan, tanjakan dan terus
tanjakan... tiap ketemu pendaki turun dan tanya “Masih jauh gak mas? Berapa
jam?” jawabnya 2 jam terus. Wohaaaa.... sekarang sampai rumah, suruh ngulangi
lagi lewat tanjakkan itu, udah sekali aja.
Kita terus melangkah, dan sore hari kita
sudah sampai di Pasar Dieng, disini tempat ng-camp dan ada beberapa in
memoriam.
|
Ku persebahkan setangkai bunga untuk
kalian wahai kawan pendaki, yang ingin mengabarkan kebesaran Tuhan di Puncak
Arjuna. Semoga kalian tenang di alam sana. |
Oh iya... dalam perjalanan naik kita
beberapa kali ketemu rombongan pendaki yang turun. Dan yang membuatku sedih
adalah, dengan terang-terangan mereka memetik bunga kesayanganku, bunga
edelweis. Mereka dengan PeDe menenteng bunga itu. Duhh... padahal kan bunga itu
dilindungi!!!
|
Biarkan Edelweis tetap pada gunungnya.
Dia hanya ingin dilihat keindahannya oleh orang-orang yang mau berjuang sampai
puncak. Aku pun tidak ingin memetiknya untukku. Ikutlah bersamaku jika ingin
mengagumi keindahan bunga keabadian itu. |
Jarak dari Pasar Dieng sampai Puncak
Arjuna sudah dekat dan kita memutuskan untuk ng-camp di Pasar Dieng.
|
Jalan-jalan jangan lupa Tuhan |
|
Untuk Ibu |
|
Relaksasi di atas awan itu sensasinya
luar biasa |
|
Hamparan awan |
|
Dan sang mentari pun mulai turun,
beranjak pulang ke peraduannya |
|
Awan yang indah |
|
Puncak Welirang mengepulkan asap |
Dan paginya.....
|
Mentari menyembul di ufuk timur |
|
Puncak diseimuti kabut |
|
Bermain matahari |
|
Sungguh indah ciptaan-Mu Tuhan |
|
Matahariku |
|
Merentangkan tangan, merasakan hangatnya
mentari |
|
Lihatlah kawan, Indonesia indah bukan???
|
|
Merenung, mengagumi, menyadari, aku
begitu kecil |
|
Bersinarlah terang, menerangi hariku |
|
Awannya keren |
|
Bersanding dengan puncak Arjuna |
|
Ingat ini |
|
Lonceng berbunyi |
|
Edelweis dan pagi |
|
Ada apa di bawah sana |
|
Aku, edelweis dan pagi |
|
Menikmati pagi |
|
Secangkir kopi |
|
Lihatlah pantulan sang mentari di laut
sana. |
|
Cerita tentang gunung dan laut |
|
Menggenggam matahari |
|
Menuju puncak Arjuna sembari perjalanan pulang |
|
Selalu mengagumkan |
|
Di atas awan |
|
Dekat dengan awan |
|
Putih dan biru |
|
Aku begitu kecil |
|
Seperti kasur yang empuk |
|
Hamparan awan |
|
Sudah waktunya pulang |
Kita turun Lewat
Lawang, buat kalian yang mau turun lewat Lawang harus ekstra hati-hati dalam
memilih jalan, banyak sekali jalan bercabang dan salah satu cara agar tidak
tersesat adalah memperhatikan tanda berupa tali rafia yang diikat pada
dahan-dahan. Turunan
awal berupa tanah dan sangat curam dengan pemandangan berupa pohon-pohon cemara
yang disebut Cemara Sewu. Setelah itu kita disambut dengan Alas Lali Jiwa, hutan
ini akan kita temui lewat jalur manapun, karena hutan ini melingkari badan
gunung. Dan yang kita takutkan
kejadian juga, sampai di Alas Lali Jiwa kabut tiba-tiba datang, semak perdu
setinggi 1,5 hingga 2 meter pun semakin membuat kita kesulitan untuk melihat
tanda. Setelah keluar dari
hutan tersebut kita disambut dengan Padang Sabana yang view-nya kece bangett (sayang batre hape habis dan kamera di dalem banget, males ngeluarinya), dilanjut dengan hutan dengan
fauna yang masih liar, dan kita ketemu monyet. Keluar hutan kita akan sampai di ladang warga dan
ditutup dengan Kebun Teh Wonosari. Hati-hati ketika di kebun teh, pendaki rawan tersesat
disini.
Apalagi kita sampai
di kebun teh saat sudah mulai gelap, terdengar suara adzan dari kejauhan.
Kita terus melangkah, tiba-tiba terdengar suara
gemuruh. Itu sungai
atau hujan?? Dan ternyata hujan deras mengguyur. Kita terus berjalan menerobos rimbunnya pohon teh.
Dan sampai sudah kita
di basecamp Lawang dalam keadaan basah kuyup. Rencananya kita mau langsung turun tapi ternyata gak
ada angkot.
Sama temen-temen
basecamp kita disarankan untuk tidur di basecamp dan pulang besuk pagi.
Mas Agus Nur, mas
Tato, dan 4 orang temennya adalah orang-orang yang asik, semaleman kita ngobrol
sampai pagi. Dan paginya
kita dibuatin teh panas asli Lawang. Kurang seger apa??!! .
Kita dianter sampai
pasar Lawang dan lanjut naik bus Jurusan Surabaya dan lanjut Jurusan Jogja.
Indahnya Indonesiaku, salam lestari,
gunung bukan tempat sampah, bawa turun sampahmu!! Kalau mau nyampah gak usah
naik gunung!!!!
Wuih Gunung Arjuno! Jadi kelingan ceritane temenku ttg hal-hal mistis di Alas Lali Jiwo kae, hahaha :D
BalasHapushe eh, mistisnya heu banget
HapusKeren Mba! Oh iya mba, kenalin saya Irin dari kimia Universitas Padjadjaran Bandung, insyaAllah saya berencana ke gunung arjuno, boleh nanya-nanya tentang gunung arjuno ngga mba? kalo boleh sih saya minta id lineny hehe
BalasHapusO
BalasHapusO
BalasHapuscerita yang sangat menarik sekali, dan saya sangat menyukainya :)
BalasHapushttp://www.maxisbola.com/NewIndex.aspx