Mutia Kymoot Thanks God, I'm sweet. Engkau sungguh Maha Indah, indahkanlah aku, Tuhan.

Selasa, 24 Desember 2013

Ekplorasi Luweng Lempulir


            Minggu, 22 Desember 2013.
Pagi yang hujan dan dingin serta mata bengkak sisa semalam #eh.
Rencananya hari ini mau mruput survey luweng yang udah berulang kali tertunda karena cuaca hujan. Dan hari ini juga hujan #Duh. Tapi karena sudah niat tekad bulat kita menunggu hujan reda dan redanya ternyata siang, ya udah kita berangkat siang. Manusia goa kali ini adalah Dek Mutiyaa, Kak Depri, Ndut, Dhe Stef, dan dua kakak beradik, mas Dani dan mas Pipin.

Tujuan kita kali ini adalah sebuah luweng yang terletak di Dusun Menthel, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Luweng tersebut terletak di kebun milik pak Gito. Sebelum masuk luweng kita minta ijin dulu sama pak Gito sekaligus mengajak beliau untuk memasuki luweng itu, karena ternyata beliau juga belum pernah masuk.
Luweng ini memang belum banyak dikenal oleh orang luar, tetapi sudah ada warga sekitar yang masuk ke luweng tersebut untuk mengambil kotoran kelelawar.
Luweng ini termasuk goa vertikal dengan kedalaman sekitar 37 meter. Eh gimana ceritanya ada warga yang bisa masuk ke dalam luweng vertikal dengan kedalaman 37 m?
Nah, di luweng ini terdapat sekelompok tumbuhan berpohon besar dan pohonnya hanya terdapat di luweng ini saja. Pohon– pohonnya tinggi menjulang ke permukaan goa dan pohon itulah yang digunakan beberapa warga untuk masuk ke luweng ini. Pohon itu biasa disebut warga dengan pohon Lempulir. Maka dari itu kita sepakat dengan para warga untuk memberi nama luweng itu dengan nama Luweng Lempulir.
Buah pohon Lempulir (Foto by : Stefanus Joko).

Sampai dilokasi kita mendirikan tenda dulu
Cara mas Pipin mengusir nyamuk :v
Master Stef ber-strip merah, merk can*n... Ups. Ampun kak Jody dan kak Ganep :D
Kak depri dan Ndut bikin tambatan
Saia cukup duduk manis di tenda :D (photo by Stefanus Joko)
Setelah mempersiapkan segala sesuatunya kita meluncur masuk ke dalam luweng (ngebayangin ntar naiknya coy, 37 meter). Ternyata selain tumbuhan homogen itu yakni pohon Lempulir, di dalam luweng ini juga terdapat beberapa jenis tumbuhan seperti paku, lumut dan serat. Yahh.. mirip mirip sama hutan purba yang berada di Luweng Jomblang.
Meluncurrrr!!!
           Luweng Lempulir ini berdiameter atas sekitar 20 meter dengan kedalaman yang berbeda antara tebing sisi tempat kita turun dan depannya. Tebing sisi depan kita turun memang lebih pendek, karena ada tumpukan batuan yang longsor, struktur batuannya labil, tingginya sekitar 15 meter.
Luweng Lempulir
Hutan Purba di Luweng Lempulir

Dhe Stef nretek – nrethek di reruntuhan batuan
Tampak luweng dari atas gundukan batuan

Baru kali ini, didalam goa bisa apdet DP BBM :D. Ternyata di dalam sini itu ada sinyal, kertunya *tiga (red. English) we ada sinyal kok pie :D, *colek mas Dhani*. Maap lho mas banyak ngrepoti, ojo kondho2 masalah jam tangan pecah dan segala sesuatunya. Cukup kamu aja yang tau, aku isin + sedih + getun setaun :(.


Ternyata disini ada pohon bulu, tapi udah tumbang.
Ini yang unik, coba mirip apa?? Nek jare Ndut sih mirip kangguru... nek menurutku mirip monster yang ada di pilem ultramen :D.
             Tadinya  pas nyampe bawah aku memang ngerasa kurang “wah” karena disini yang ku temui cuma e’ek kelelawar yang baunya euwh banget, lungsungan ular, ulat batu dan bekas – bekas galian penambangan e’ek kelelawar. Tapi karena penasaran dengan hutan purba disini aku mengelilingi seluruh goa ini dan nemu ini....
Ada batu mirip replika candi :D
Ada batu gordam... guedhee!!!
Kerenn kaan.....
Disini gak cuma ada 1 gordam, tapi ada beberapa yang gedhe dan yang lainnya masih kecil.
   Di dalam sini juga ada batu kursi, liat nih Mas pipin koyo kaisar Romawi :D
            Oke setelah puas motret dan melihat keseluruhan goa ini kita capcus buat naik (duhh.. dhuwure!!).
            Kak Depri giliran pertama (Iyalah, dia kan yang ahli tali temali, ngko ndak ra eneng sik nulungi ng ndhuwur). Karena kak Depri itu jadi manusia goanya udah lama jadi cukup butuh waktu 2 menit buat sampe atas (yang lain ukurannya bisa 10 kali lipat, inget pas masuk goa Senen yang dalamnya cuma 7 meter we 1 orang bisa sampai setengah jam. Lha ini ntar mau nyampe jam berapa?!! (sekarang udah jam 3 sore).
              Disusul mas Pipin dengan waktu 4 menit, edaaaann.... padahal mas Pipin kayake baru 1 kali ini nyoba SRT, tapi emang fisiknya kuat sih, dulu pas muncak ke Merbabu aja dia ngebut tanpa capek (aku we tiap 5 langkah berhenti nyari pohon buat sandaran :D).
            Disusul sama pak Gito, pemilik tanah, (Pripun pak rasane? Pengalaman pertama dadi manusia goa, bisa buat cerita anak istri to pak :D), Dhe Stef, saia (rekor terbaru saya sebagai cewek, 37 meter dengan waktu 7 menit), mas dhani (dia butuh waktu 8 menit, cepet aku to mas? Aku cewek hlo mas :D. *Ups maap lhoo mas, kita kanca lhoo... pokoke pesenku mas, ojo omong2, aku isin :3. 
Pengalaman pertama Pak Gito
Menggantungkan nyawa diseutas tali, hoby ini bukan pilihan tapi panggilan hati (Hery Fosil)
Saya memang menggunakan tali webbing untuk tali tubuh, lalu kenapa? Ndeso? "Iya memang ndeso". Atau yang boleh menikmati alam ini hanya orang2 berduit yang bisa beli alat mahal? (Hery Fosil)
Yang lain naiknya  dibendholi Ndut, si Ndut cuma dibendholi batu, lha wong paling akhir kok :D.
           Setelah semua naik kita cleaning lalu memastikan tidak ada yang tertinggal segera kita meluncur ke rumah pak Gito karena sudah di kejar hujan (mblasak – blasak tandurane uwong, jagung, kacang, pari kepindak – pidak, sampaikan maafku pada yang punya tanaman ya paak :)).

1 komentar: